Cordon
Bleu

www.stipram.ac.id
Waktu
teman saya menanyakan apakah saya sudah pernah mencicipi masakan Ayam
Gordon Blue, saya jawab belum! Dan saya katakan bahwa setahu saya,
tidak ada menu makanan yang bernama Ayam Gordon Blue. Teman saya
ngotot mengatakan bahwa menu tersebut ada. Nama yang tertera di kartu
menunya adalah Chicken Gordon Blue, katanya yakin. Akhirnya kita
sama-sama pergi menyambangi restoran yang dimaksud oleh teman saya
itu di kawasan Senayan dan Kebayoran. Ternyata teman saya benar, tapi
terkaan saya juga tidak salah. Restoran yang dimaksud mempunyai
cabang-cabang yang tersebar di banyak Mal di Jakarta. Di dalam daftar
menunya memang tercantum makanan Chicken Gordon Blue tersebut. Dan
terkaan saya juga benar karena yang dimaksud dengan Chicken Gordon
Blue tersebut ternyata adalah Poulet Cordon Bleu.
Poulet
Cordon Bleu atau Ayam Cordon Bleu ini adalah makanan atau masakan
asal Perancis yang dibuat dengan resep khusus. Cordon Bleu berarti
Pita Biru (blue ribbon) dan nama ini berasal dari sebuah sejarah yang
cukup panjang. Ceritanya dimulai di negeri Perancis pada tahun 1578.
Ada sebuah club yang beranggotakan sekelompok kaum elite pada jaman
itu yang menamakan dirinya L’Ordre des Chevaliers du Saint Esprit.
Salah satu kegiatan dari club ini antara lain pertemuan berkala yang
diikuti dengan acara makan malam resmi. Dalam pertemuan tersebut para
anggota diharuskan mengenakan pakaian khusus Croix du Saint Esprit
dan menyelempangkan pita biru yang membalut tubuh mereka dari bahu
kiri ke pinggul kanan. Pita biru atau cordon bleu ini begitu terkenal
sehingga club ini disebut juga sebagai Club Cordon Bleu. Sesuai
dengan kebiasaan kaum elite pada masa itu, maka dalam acara dîner
tersebut disajikan makanan mewah yang paling istimewa serta minuman
anggur dan champangne yang paling baik. Tradisi ini berakhir setelah
pecahnya revolusi Perancis di akhir abad ke 18. Namun nama besar
cordon bleu tetap harum dan dikenang. Kini, nama cordon bleu ini
diambil sebagai nama sebuah sekolah seni kuliner dan manajemen
hospitaliti “Cordon Bleu”. Kalau tidak salah sekolah kuliner yang
prestisius ini berpusat di Canada dan mempunyai banyak cabang-cabang
di dunia ini termasuk di Paris. Saya tidak tahu persis apakah menu
Poulet Cordon Bleu yang kita kenal sekarang ini merupakan warisan
dari jaman Club Cordon Bleu di abad ke 16, atau penemuan baru dari
Sekolah Cordon Bleu yang sekarang. Yang jelas, sebagai orang Islam
saya tidak mempunyai peluang untuk mencicipi Poulet Cordon Bleu yang
asli karena mengandung ham (daging babi asap)atau bacon yang hukumnya
haram.
Kalau
saya boleh sharing dengan teman-teman blogger Kompasiana yang
budiman, yang kebetulan juga “hobi makan” seperti saya dan
beragama Islam agar berhati-hati bila sedang berkelana di rantau
orang. Masakan ayam dari Perancis yang tak kalah terkenalnya dari
Poulet Cordon Bleu ini adalah Le Coq au Vin. Poulet atau chicken
(ingg.) adalah ayam muda yang dimasak cepat karena dagingnya empuk.
Tapi le coq atau cock (ingg.) adalah ayam jantan dewasa (ayam jago)
dengan daging yang cukup keras. Le Coq au Vin adalah suatu makanan
unik di dunia, karena di negara-negara lain ayam jantan dewasa tidak
dimakan. Tapi orang Perancis menemukan resep ini dimana ayam jantan
dewasa tersebut seolah-olah “diungkep” dengan campuran air kaldu
dan anggur merah (vin rouge) plus bumbu-bumbu lainnya dan dimasak
dalam waktu agak lama. Makanan yang inipun tidak bisa saya cicipi
versi aslinya karena hal yang sama, yaitu mengandung ham. Untuk
diketahui bahwa di dalam dunia kuliner Eropa, daging babi asap yang
dinamakan jambon atau bacon atau pancetta ini, disamping dimakan
begitu saja juga berfungsi sebagai rempah/bumbu yang mengeluarkan
aroma yang khas dan yang tak tergantikan oleh daging asap yang lain.
Contohnya, Anda boleh saja membuat Spaghetti Carbonara misalnya,
dengan memasukkan smoked beef goreng sebagai pengganti dari sautéed
bacon, tapi jangan harap rasanya bisa sama. Memesan le coq au vin
tanpa ham atau menggantinya dengan smoke beef hanya merepotkan sang
chef yang bekerja di dapur. Dan rasanya sudah pasti beda. Di Amerika
Serikat, jangan coba-coba ikut-ikutan jajan hot-dog dipinggir jalan,
karena sudah pasti babi.
Di
Jakarta banyak “bertaburan” restoran-restoran franchisee ex
Amerika Serikat yang khusus menyajikan ribs. Ini juga harus
diwaspadai bila kita berkunjung ke sana, karena ribs yang terkenal
itu semua dari babi. Menurut para ahlinya, racikan yang dipakai
tersebut hanya cocok dengan daging iga babi saja. Ribs khusus sapi
bisa juga dijumpai di tempat-tempat yang khusus menyajikan daging
sapi Argentina. Pizza yang asli Italia itu misalnya, kini sudah
mendominasi dunia gastronomi Amerika. Sebagian besar dari pizza yang
disajikan disana ditaburi potongan-potongan ham. Berpelesiran di
negara-negara Asia pun kita harus berhati-hati. Jangan cepat tergiur
melihat etalase yang menjual kerupuk kulit.
Kerupuk
kulit yang di tanah Minang disebut karupuak jangek ini, di Vietnam
dan Cina dibuat dari kulit kaki babi. Nah, kembali ke urusan Ayam
Gordon Blue ini, saya hanya dapat mengatakan bahwa saya tidak
berselera untuk mencicipinya. Yang pasti resepnya sudah dimodifikasi
dan tidak asli lagi. Rasanya sudah pasti tidak orisinil lagi. Mengeja
namanyapun keliru pula? Saya tidak mengerti kenapa masakan ini sampai
dinamakan Gordon Blue? Tapi saya yakin tak ada hubungannya dengan
nama Perdana Menteri Inggeris Gordon Brown, atau nama tokoh komik
Flash Gordon atau nama penyanyi djadoel Gordon Tobing!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar